Welcome

Jumat, 18 Oktober 2013

Makalah Manajemen Berbasis Sekolah

Diposting oleh Unknown di 08.48
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Siapapun yang menjalankan usaha tentu telah melaksanakan serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai keberhasilan serta kegagalan usahanya. Disadari atau tidak, mereka telah menempuh proses manajemen. Akan tetapi, alangkah lebih baik apabila dalam praktik usahanya, mereka menerapkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu manajemen, tentu usahanya akan lebih terarah dan lebih mencapai tujuan.
            Ilmu manajemen apabila dipelajari secara komprehensif dan diterapkan secara konsisten memberikan arah yang jelas, langkah yang teratur dan keberhasilan dan kegagalan dapat mudah dievaluasi dengan benar, akurat dan lengkap sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya.
            Organisasi pendidikan sebagai lembaga yang bukan saja besar secara fisik, tetapi juga mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu saja memerlukan manajemen yang profesional.

TUJUAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
            Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap, sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas efektif dan efisien.
1.      Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa julmah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan cara alat yang tersedia, sehingga volume dan bahan kerja dapat diselesaikan dengan waktu yang tersedia, dan mendapat respons positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktivitas secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.

2.      Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan kinerjanya ( Pfeffer end Coote, 1991).
3.      Evektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni (1964:1870) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau menurut Sergiovani (1987;33) yaitu, “kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”. Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana-prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukan kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektifitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata; (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi; (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.

4.      Efisiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing thing right), sementara evektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan pengguanaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan sarana.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai terjemahan dari school based management, adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada Kepala Sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, Kepala Sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.[1]
Manajemen Berbasis Sekolah juga bertujuan merubah sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat  lokal (local stakeholders).
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik dimasa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. 
Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.[2]
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai keterlibatan yang tinggi adalah memberikan kerangka dasar bahwa setiap unsur akan dapat berperan dalam meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan kesempatan pendidikan.
Menurut Roger Scott (1994) MBS bertujuan memberikan peluang kepada guru dan kepala sekolah mengelola sekolah menjadi lebih efektif karena adanya partisipasi dan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang tinggi dalam membuat keputusan.[3]

Prinsip Manajemen

Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut:
1.    Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2.    Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
3.    Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah, hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
4.    Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.
5.    Relatifitas nilai-nilai.
Pengelolaan dan pengendalian seperti apa yang kini dibutuhkan oleh sekolah ?Optimalisasi sumber-sumberdaya berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan suatu sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi.  Pemberdayaan dimaksudkan untuk memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah.  Hal itu diperlukan suatu perubahan kebijakan di bidang manajemen pendidikan dengan prinsip memberikan kewenangan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masing-masing sekolah secara lokal.
Manajemen Berbasis Sekolah ini merupakan upaya pengembangan gagasan dalam menyambut kebijakan pemerintah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang menempatkan kehadiran sekolah sebagai suatu institusi pendidikan yang mandiri. 
Pemahaman tentang MBS diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, wawasan kepada para pengelola pendidikan dalam upaya pemahaman pembudayaan dan peningkatan mutu serta pengendalian sekolah.  Manajemen Berbasis Sekolah dalam uraian ini disajikan melalui kacamata suatu model keterlibatan dan partisipasi local stakehorders dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja sekolah.[4]
Manajemen Berbasis Sekolah menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah namun tetap disertai seperangkat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu sikap “accountability” dengan intensitas yang tinggi dalam menjamin partisipasi sebagai unsur yang berkepentingan dengan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah adalah bentuk reformasi pendidikan yang pada prinsipnya sekolah memperoleh kewajiban (resposibility), wewenang (authority), dan tanggung jawab (accountability) yang tinggi dalam meningkatkan kinerja terhadap setiap stakeholders.[5]Menurut Tony Bares (1998) mengemukakan sepuluh prinsip Manajemen sekolah, yakni:[6]
1.    Berfokus pada pelanggan.
2.    Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
3.    Mengakui masalah secara terbuka.
4.    Mempromosikan keterbukaan.
5.    Menciptakan tim kerja.
6.    Memanajemen proyek melalui tim fungsional silang.
7.    Memelihara proses hubungan yang benar.
8.    Mengembangkan disiplin pribadi.
9.    Memberikan informasi pada semua karyawan.
10.    Memberikan wewenang kepada setiap karyawan.

1.      Berfokus pada pelanggan.
Fokus utama adalah kualitas produk yang dihasilkan melalui masukan dan proses yang baik. Kualitaas produk dalam hal ini adalah mutu keluaran institusi sekolah yang tercermin dari prestasi akademik.  Tujuannya adalah kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.  Pelanggan sekolah meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah, dan staf tata usaha.

2.      Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
Orientasinya meliputi:
1.      Peningkatan mutu guru secara terus-menerus.
2.      Peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis ketatalaksanaan.
3.      Peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis tenaga teknisi.
4.      Peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis tenaga pustakawan.
5.      Peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis tenaga pengelola sumber belajar.
6.      Pembangunan kapasitas untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengelola sekolah.
7.      Perluasan usaha pengembangan staf sekolah untuk mendorong makin tumbuhnya komunitas profesional.
8.      Pelatihan yang berkaitan dengan penganggaran, penjadwalan kurikulum, dan pembelajaran.
9.      Pelatihan manajemen umum bagi staf. [7]
Suatu  realiatas dan menjadi sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau sesuatu tugas bisa dilaksanakan dengan sukses, kita mengalihkan perhatian pada sesuatu yang baru. Dalam sekolah, keberhasilan bukanlah akhir dari suatu tugas, melainkan hanyalah satu langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya. Jadi, tidak adahasil akhir karena standar, desain, dan biaya pendidikan hari ini tidak akan memenuhi berbagai kebutuhan di masa yang akan datang. Komunitas sekolah mengetahui bahwa jauh lebih efektif dari segi waktu dan biaya kalau produk yang sudah ada ditingkatkan kualitasnya dibandingkan setiap waktu harus memulai dari awal lagi dengan selembar kertas kosong.
Dengan demikian, berbagai kegiatan peningkatan mutu dan luaran sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara terus-menerus. Di dunia usaha, contoh hasil dari usaha ini adalah mengalirnya barang-barang konsumsi elektronik “baru” yang memenuhi pasar domestik dunia dalam kecepatan yang sangat mengesankan dan secara teratur mengalir dari pabrik Jepang. Sesungguhnya,sedikit sekali diciptakan produk yang benar-benar baru,sebagian besar merupakan produk lama yang ditingkatkan mutunya untuk memenuhi selera dan anggaran masyarakat saat ini.Pendekatan ini terbukti berhasil karena kita terpikat oleh banyaknya pilihan dan besarnya keinginan yang bisa dipenuhi secara konstan. Dengan demikian,para manufaktur Jepang setiap saat menikmati kesempatan  pasar yang baru.Bagi mereka biaya yang dikeluarkan untuk secara terus-menerus meningkatkan produk-produk hari ini relatif minimal karena rendahnya biaya,banyaknya pilihan yang bisa ditawarkan pada suatu waktu terus mengalir,disertai dengan pengetahuan tentang berbagai produk baru. Artinya,para manufaktur Jepang memiliki kemampuan untuk menghilangkan atau mengubah suatu peningkatan yang ternyata tidak berhasil.
Kadang-kadang proses meningkatkan dan menganalisis suatu produk secara teliti dan mendetail bisa menghasilkan inovasi kelas dunia yang patut dikagumi. Walkman merek Sony adalah hasil dari pertanyaan sederhana yang diajukan Akio Morita: cassette player itu sebenarnya bisa seberapa lebih besar dibandingkan dengan cassette itu sendiri? Morita memberikan jawabannya pada kita dengan cara menggunakan teknologi yang sudah ada dan menyusun ulang komponen-komponen untuk mewujudkan tujuannya. Kemudian, Morita bisa mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang baru. Namun, ia telah meningkatkan kualitas walkman asli, dan dalam tempo enam bulan model yang lebih baik yang bertujuan menerapkan proses pengembangan yang sama untuk merancang miniature televisi.
Kecenderungan yang sama dapat juga terjadi di lingkungan persekolahan. Animo masyarakat untuk menempuh studi pada lembaga pendidikan tertentu akan meningkat jika lembaga itu mampu “menggaransi” dengan persentase tinggi bahwa lulusannnya akan diterima pada jenjang berikutnya atau akan segera diserap oleh dunia kerja. Sekolah yang berhasil dengan capaian seperti ini bukanlah disebabkan karena mendesain kurikulum yang berbeda secara signifikan dengan sekolah lain, melainkan pada proses kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh warga sekolah pada tingkat praksis.

3.      Mengakui masalah secara terbuka.

Dengan membangun kultur yang tidak saling menyalahkan, seluruh warga dalam sekolah merasa bisa mengakui kesalahan, menunjukan kelemahan dari prosesnya, dan meminta bantuan. Keterbukaan warga sekolah dipertimbangkan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan  mengatasi berbagai masalah dengan cepat, serta dengan sama cepatnya pula bisa mewujudkan berbagai kesempatan.  Dalam organisasi sekolah yang tertutup, masalah atau kesempatan cenderung diatasi secara konspirasi atau hanya ditangani oleh staf yang sudah saling akrab sehingga bisa dijamin orang-orangnya akan tetap tutup mulut.  Namun, dengan isolasi warga sekolah semacam ini, ide-idenya juga akan tetap sama-sama tertutup. 

4.      Mempromosikan keterbukaan.

Pengkotak-kotakan, berebut wilayah melalui rayonisasi sekolah, berebut kepemilikan, dan membentuk tembok pemisah sudah merupakan masalah biasa dalam manajemen sekolah yang masih sangat tradisional. Tidak ada satupun dari sekolah tradisional ini mempromosikan saling berbagi,fungsional silang, keterbukaan,dan kepemimpinan yang tampak sebagai hal biasa dalam sekolah. Di sekolah ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber efisensi yang lebih besar .

5.      Menciptakan Tim Kerja

Dalam sekolah,tim kerja, seperti kelompok kerja guru,satuan tugas pengendali mutu (QC),dan lain-lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi sekolah. Masing-masing warga sekolah secara individual memberikan sumbangan berupa reputasi dan efisiensi, prestasi kerja, dan peningkatan. Tim memberikan jabatan, status,dan identitas pada para anggotanya.Pertukaran penghargaan dua arah antara tim dengan kepala sekolah sifatnya saling membantu satu sama lain dalam meraih tujuan dan keuntungan pribadi. Melalui keikutsertaan warga sekolah dalam tim yang mendukung (kerja sama tim, tim pengembang,terdiri dari para guru, dan staf sekolah yang tergabung dengan sekolah mereka pada waktu yang sama, siklus ini lanjutandari siklus kualitas dan tim-tim proyek fungsional silang),sekolah mendapatkan keuntungan dari jaringan kerja komunitasnya. Kegiatan ini melibatkan warga dalam kehidupan sekolah dan menanamkan rasa saling memiliki,tanggung jawab kolektif,dan berorientasi pada institusi persekolahan.  Kegiatan ini juga memperkuat keterbukaan, saling berbagi,dan komunikasi .
Manfaat dari kegiatan ini ada dua. Pertama,pengaruh antarsesama teman (dan kepemimpinan) bisa memelihara disiplin untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun dibiarkan mengganggu keseimbangan di dalam tim dan keharmonisan antartim.Kedua,setiap orang diberi semangat untuk memanfaatkan pendidikan dan pelatihan guna memastikan bahwa kontribusi pribadi menambah nilai pada hasil tim.




6.      Memanajemeni Proyek MelaluiTim  Fungsional Silang
Sudah menjadi persyaratan  dalam organisasi sekolah bahwa proyek peningkatan mutu,direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya antar departemen atau fungsional silang,bahkan meskipun sumber daya yang digunakan berasal dari luar sekolah. Aneka program pengembangan dan peningkatan mutu sekolah menggunakan tim fungsional internal dalam berhubungan dengan tim yang menangani kriteria masukan dan  sosok luaran masa depan dalam mendesain proses pendidikan untuk satu atau beberapa jenis sekolah tertentu. Pendekatan ini dipengaruhi secara langsung oleh pembuat kebijakan,misalnya,bagaimana mereka dapat merangkul para pakar, praktisi,pensiunan tenaga kependidikan yang berprestasi,dan dunia kerja .
Manfaat dari fungsionalisme silang sangat berharga bagi sekolah, Lembaga pelatihan, dan lain-lain. Kelembagaan pelatihan misalnya,dapat melakukan efisiensi keuangan negara dengan memperkecil jumlah tenaga  fungsional (widyaiswara)dengan jalan melakukan strategi outsourcing atau menggunakan tenaga ahli dari luar lembaganya. Selain itu,juga sangat berarti karena para pelanggan mendapatkan secara cepat apa yang mereka perlukan,untuk memuaskan pelanggan mereka sendiri .
7.      Meelihara Proses Hubungan Yang Benar
Komunitas sekolah tidak menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi,yang bisa terjadi di dalam sekolah secara murni berpusat pada hasil dan memiliki kultur yang saling menyalahkan. Sekolah melakukan segala sesuatu yang mereka mampu lakukan untuk memastikan bahwa keharmonisan bisa dipelihara dengan banyak menanam investasi dalam pelatihan di bidang keahlian hubungan antar manusia bagi semua staf sekolah,khususnya bagi kepala sekolah dan pimpinan satuan tugas tim yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses hubungan antar manusia berjalan dengan sangat baik.Pengawas sekolah yang telah bergabung dengan sekolah sangat mungkin menjadi terkejut setelah mengetahui bahwa banyak sekali waktu yang digunakan oleh sekolah untuk mendidik pimpinan tim di bidang keahlian hubungan antar manusia.Namun,dengan memastikan bahwa proses dan hubungan antar manusianya di desain untuk memelihara kepuasan warga sekolah maka investasi sekolah cepat membuahkan hasil karena komunitas sekolah memiliki loyalitas dan komitmen.

8.      Mengembangkan Disiplin Pribadi

Disiplin pribadi di tempat kerja merupakan sifat alamiah orang-orang yang tergabung dalam sekolah.Melalui pendidikan, agama,dan norma-norma sosial,mereka berkeyakinan bahwa menyesuaikan diri dengan sifat alamiah merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang menunjukkan dan menjaga keutuhan.Bagaimana pun ini menuntut pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana harmonis dengan rekan sekerja di dalam tim dan dengan prinsip utama sekolah sehingga sifat individual yang penting bisa tetap terjaga,serta bersiap-siap untuk mementingkan sekolah, tim,dan pemimpin tim sebelum dirinya sendiri dan keluarga. Beberapa pimpinan institusi pendidikan dapat menumpahkan sifat individual mereka pada objekrekreasi dan bergabung dengan klub hobi atau fantasi sehingga mereka bisa membebaskan diri dari ketaatan daan keseragaman dalam kehidupan kerja.Bagi orang barat,ini merupakan prinsip yang paling sulit untuk diterima, yaitu ketaatan dan kehilangan jati diri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi kita .

9.      Memberikan Informasi Pada Semua Karyawan
Salah satu kunci MBSadalah manajemen partisipatif,yang antara lain berintikan transparansi atau keterbukaan informasi antar komunitas sekolah. Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam sekolah.Para pemimpin tim kelompok kerja dan para manajer sekolah mengakui bahwa karyawan tidak bisa diharapkan untuk berpartisipasi melebihi tugas sehari-hari mereka,misalnya dalam sistem pengendalian mutu, gugus kerja atau gugus kualitas,tim penyusunan proposal proyek kalau buta mengenai misi, nilai, produk, kinerja, manusia, dan rencana sekolah. Dengan memberikan informasi yang penting pada setiap warga sekolah,tantangan perusahaan berubah menjadi tantangan pribadi. Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk menciptakan kultur berdasarkan pengetahuan.


10.  MemberikanWewenang Kepada Setiap Karyawan
Delegasi tugas dan tanggung jawab menjadi penting dalam sekolah berbasis MBS. Melalui pelatihan dalam berbagai keahlian, dorongan semangat,tanggung jawab pengambilan keputusan,akses pada sumber data dan anggaran,timbal balik,rotasi pekerjaan, dan penghargaan,komunitas sekolah Kaizen memiliki kekuatan untuk secara nyata memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan sekolah. Saling berbagi kekuasaan dengan cara memberikan kekuasaan tersebut pada mereka yang sedang bertindak memerlukan keberanian manajerial. Akan tetapi,dalam sekolah,kepala sekolah dan pemimpin satuan tugas tertentu mendemonstrasikan keyakinan mereka pada diri sendiridan para anggota komunitas dengan mendelegasikan tanggung jawab memiliki lebih banyak kekuasaan dibandingkan dengan mereka yang merasa takut untuk mendelegasikan. Sangat penting artinya memahami prinsip bahwa kapasitas sekolah dalam menyelaraskan keahlian yang sudah adadan mempelajari keahlian baru merupakan keunggulan bersaing yang kuat.



[1] Mohrman, S.A., wohlstetts, and Associate, (1993), School Based Management
[2] Mohrman, S.A., wohlstetts, and Associate, (1993), School Based Management
[3] Mohrman, S.A., wohlstetts, and Associate, (1993), School Based Management   
[4]Sotori, Djaman, 1999, manajemen Berbasis Sekolah (school Based Management), Basic Education Project, Jawa Barat, Bandung.
[5]Sotori, Djaman, 1999, manajemen Berbasis Sekolah (school Based Management), Basic Education Project, Jawa Barat, Bandung, hlm 9-21.
[6] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah,2008, hlm 20-25.
[7]Prof. Dr. Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah,2008, hlm 163

0 komentar:

Posting Komentar

 

Saleha's blogger © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor