Kenangan mengenai masa lalu di belakang sana, semakin pudar, sang waktu pun bergerak cepat, melangkahi setapak demi setapak jalan hidupmu. Sepertinya pemandangan itulah yang harus aku lihat kali ini, saat-saat kau melepasku bersama memori yang pernah melambungkan angan.
Aku tahu, begitu menyentuhmu, separuh aku hanyut bersama perahu kertas yang membawa surat cinta. Kekecewaanku tentangmu—hilang begitu saja. Berkali-kali kau bilang, “Andai di dunia nyata, aku bisa mencintaimu, kamu tidak perlu berjuang sendirian.” dan sekali lagi kamu ucapkan bahwa kamu ingin melupakan seluruh kenangan bersamaku.
Merelakan dan melupakan adalah dua hal yang sulit, sayang. Kamu memiliki otak dan ingatan, yang menyimpan data-data manis yang kau punya denganku. Dan kamu ingin melupakan semua itu? Merelakannya pergi, untuk tak pernah kembali lagi?
Tak apa. Ingatanku tentangmu, akan ada dalam tinta hitam di halaman blog ini. Bacalah! Ingatanku saat pertama mengenalmu, seakan-akan kau berbisik ke aku, “Halo, aku ini tercipta untukmu loh!”
Dan kini, aku tahu, bagimu terlalu pahit untuk tetap bersamaku, mengetahui setiap cerita yang kamu miliki, di malam-malam tepi jendela. Aku bukan orang yang seperti kamu harapkan. Untuk itulah, kamu harus melepaskanku, dari genggamanmu. Selamanya.
Jika menurutmu ini berat, bagiku, memang benar, melepaskanmu berarti merelakan separuh jiwaku pergi. Karena jiwaku, bergantung pada kata-kata yang selalu kamu tulis. Karena seluruh ceritamu adalah udaraku.
Hari-hari pergi. Kamu tak pamit.
Dan akupun memudar, pikiranmu semakin lega, dan kemudian aku terlupakan perlahan. Selamat tinggal, bersama puisi berwarna ungu, aku akan pergi, dan aku akan melepaskanmu—melepas seluruh nyawaku, yang adalah kenangan dan kisahmu di permukaan tubuhku.Terimakasih ya hey, terimakasih atas semuanya.#memutar: Hijau Daun-Cobalah♫ ♪ Kau tanyakan lagi keteguhanku dan dapat rasakan keraguanmu. Dan coba kau tanya seluruh alam, apa yang kau tanya tlah kulakukan. Apa yang kau rasa tlah kuimpikan, aku menunggumu di atas hatiku. ♫ ♪
Welcome
Senin, 20 Oktober 2014
Ungu
Categories
Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar