Perempuan itu mengerti. Dia tau jelas bagaimana rasanya menghuni sudut kecil dalam hidup seorang lelaki-hanya sudut kecil, tidak lebih dari itu. Bagi sang perempuan, lelaki itu adalah dunianya, meski dia tau bagi sang lelaki, itu tidak berlaku.Aku cinta, perempuan itu ingin berkata begitu. Tapi, apa haknya kini berkata demikian? Cinta yang dimilikinya terlalu besar, tapi kenapa yang dia rasakan adalah berantakan, acak-acakan, dan berserakan? Sang perempuan merasa lelah, dia ingin sekali menepi, mengistirahatkan hati, merebahkan diri, menghela nafas panjang-panjang, untuk sekedar membuang resah ini.Ingin lupa, menghilangkan rasa, dan berubah menjadi orang yang tak pernah mengenal lelaki itu adalah sesuatu yang ingin dilakukan oleh perempuan itu. Tapi apa bisa semudah itu? Perempuan itu hanya bisa tersenyum miris, merasakan perih dalam-dalam, tanpa bisa menghapus sepotong memoripun.Lelaki itu –seorang yang sempurna bagi sang perempuan– memberinya janji yang tak berarti suatu apa. Perempuan itu tidak memiliki apa-apa, hanya sebuah khayalan yang melambung tinggi dan harapan kosong yang berbuah senyuman tipis. Sang perempuan ingin pergi, tapi lelaki itu menahannya. Lalu, mereka terjebak antara lelaki itu, sang perempuan, dan seseorang yang disebut lelaki itu pujaan hatinya.Perempuan itu sadar sang lelaki tidak benar-benar menginginkannya, mungkin saja dia hanya dianggap sebagai pengusir sepi. Menyedihkan? Ternyata iya. Hari ini ditetapkannya sebagai hari perayaan hatinya membeku, karena tiba-tiba dia membenci keadaan. Kenapa keadaan tidak memberikannya saat yang tepat?Dia benci ketika tau hitungan waktu tidak berarti apa-apa. Dia benci ketika tau dia sendiri masih di sini, di perasaan ini yang mempercayai bahwa lelaki itu hanya miliknya seorang.Tapi, perempuan itu telah mengerti. Dia harus merelakan lelaki itu. Dia tahu itu. Sudah waktunya, ‘kan?Baik-baik di sana ya, "M.W".#memutar: Hello-Biarkan Berlalu♫ ♪ Takkan aku ingat lagi, sakit hati yang kau beri. Pergilah cintaku, biarkan berlalu. ♫ ♪
Welcome
Senin, 13 Oktober 2014
Dear Diary
Categories
Diary
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar